BLOGGER TEMPLATES AND TWITTER BACKGROUNDS

Jumat, 04 Desember 2009

Berbagai Aksi Mewarnai Peringatan Hari Cacat Sedunia

Berbagai Aksi Mewarnai Peringatan Hari Cacat Sedunia

- Apa yang dilakukan oleh Sabar ini memang tergolong luar biasa. Meski hanya memiliki satu kaki, namun pria ini mampu memanjat gedung Solo Paragon yang tingginya mencapai 84 meter, di kawasan Mangkubumen, Solo.

Sejak remaja, pria ini telah kehilangan kaki kanan hingga sebatas pangkal paha. Kakinya terpaksa diamputasi, akibat remuk terlindas kereta api. Meski cacat, Sabar tidak mau bergantung pada orang lain.

Keberhasilan Sabar memanjat gedung tertinggi di Jateng ini, bukan tanpa alasan. Sejak muda, ayah satu anak ini penghobi panjat dinding. Tahun 2009, Sabar bahkan juara pertama dalam lomba panjat dinding untuk kaum difabel, di Asia Championship di Korea.

Aksi memanjat gedung Solo Paragon ini memang dalam rangka memperingati Hari Penyandang Cacat Sedunia yang jatuh pada tanggal 3 Desember.

Peringatan Hari Penyandang Cacat Sedunia ini juga diperingati di tempat lain. Di Yogyakarta, puncak peringatan berlangsung di Pendopo Bupati bantul. Sebagian besar peserta ini mengalami cacat fisik karena menjadi korban gempa bumi dahsyat di Yogyakarta, tiga tahun silam.

Dalam acara ini, para difbale juga diberi kesempatan untuk menunjukan kebolehannya dalam bidang seni seperti bermain musik dan menyanyi.

Menurut para difable, perhatian pemerintah terhadap mereka sampai saat ini masih kurang maksimal seperti di bidang pendidikan dan lapangan pekerjaan. Untuk itu mereka berharap kepada pemerintah agar memberikan program -program pemberdayaan sehingga mereka bisa lebih mandiri lagi.

Sementara di Aceh, sekitar seratusan penyandang cacat melakukan long march keliling kota. Meski memiliki kekurangan secara fisik, para penyandang cacat ini tak rendah diri, untuk bisa menghasilkan aneka karya dan kreatifitas.

Namun satu hal yang hingga kini masih disesali oleh para penyandang cacat di Kota Banda Aceh, yakni minimnya fasilitas umum bagi penyandang cacat, dan minimnya akses informasi bagi mereka.

Koordinator Ikatan Tuna Netra Muslim Indonesia (ITMI) cabang Aceh, Nurdin Yakob mengatakan, para penyandang cacat juga jarang dilibatkan dalam aktifitas publik, karena keterbatasan mereka.

Para penyandang cacat berharap, pemerintah daerah bisa lebih melengkapi fasilitas publik, untuk bisa diakses oleh penyandang cacat, seperti trotoar jalan kaki, toilet umum dan akses kursi roda.

0 komentar: